Hagia Sophia & Masjid Biru: Simbol Perdamaian Global

Hagia Sophia (Foto-Foto: Elba Damhuri) -- copyrights reserved

Usai mengikuti Kongres Koran Sedunia di Austria, Oktober 2011 lalu, saya pun berkesempatan menikmati klasik dan historisnya Istanbul, Turki. Perjalanan selama tiga hari empat malam di kota dua benua itu memberikan banyak kesan dan cerita mendalam tentang ‘peradaban’ manusia.

Hagia Sophia

Museum Hagia Sophia dan Masjid Biru menjadi tujuan pertama kami sejak pertama berangkat dari Bandara Vienna, Austria, dengan Turkish Airline. Mengapa kedua bangunan itu begitu penting?

Keduanya menjadi gambaran perjalanan sejarah panjang hubungan Barat-Timur, Islam-Kristen, dan Eropa-Asia. Juga, menjadi satu simbol penting bahwa globalisasi sudah datang di Istanbul sejak tahun 900-an (jauh sebelum Inggris menguasai dunia dari 1870 hingga 1919).

Kebetulan, hotel tempat saya tinggal cukup dekat dengan kedua bangunan yang letaknya saling berhadapan itu. Dengan berjalan kaki, hanya butuh waktu sepuluh menit. Malah, dari kamar hotel, saya bisa melihat gedung Hagia Sophia dan kubah Masjid Biru.

Pagi di bawah pukul delapan menjadi pilihan penting untuk masuk ke Meseum Hagia Sophia (Aya Sophia, dulu Church of Wisdom). Jika sudah di atas pukul delapan pagi, antrean pengunjung mengular. Ribuan orang berbondong-bondong ingin masuk.

Saya datang jam delapan pagi usai breakfast di hotel dan hanya antre dengan beberapa turis dari Eropa Timur dan Prancis. Per orang dikenakan biaya 20 TL (mata uang Turki) atau sama dengan 13 dolar AS atau sekitar Rp 90 ribu.

Taman luas dengan beberapa bangunan kecil di sebelah kiri mengantarkan kita memasuki gedung utama yang disebut sebagai ‘Kebijaksanaan Suci’ itu. Jeprat-jepret suara kamera foto pun terdengar dari sejumlah turis.

Awalnya, Hagia Sophia adalah gereja, katedral. Ketika Pasukan Islam menguasai Istanbul pada 1453, Sultan Mehmet II mengganti katedral itu menjadi masjid. Sesaaat setelah ia menjatuhkan Konstantinopel, Mehmet II pun bersujud di halaman Hagia Sophia, mengucapkan syukur.

Di lantai pertama, kita langsung dihadapkan pemandangan ruang luas dan tinggi dengan hiasan kaligrafi dan gambar-gambar Yesus. Simbol kedamaian dan keakraban dua bangsa yang telah lama berperang.

Lampu-lampu bertingkat dan nyala lilin membuat suasana di dalam menjadi lebih tenang. Kta juga bisa baca surat-surat di masa itu yang dipajang. Ada surat perlindungan terhadap kaum Yahudi, surat ucapan terima kasih dari Amerika, dan surat pembebasan bea cukai terkait perdagangan dengan Rusia.

Saya menyusuri tangga batu sekitar enam kalian untuk bisa sampai ke lantai dua. Di sini banyak kita temui lukisan-lukisan Kristen seperti Yesus, Bunda Maria, sahabat-sahabat Yesus, dan lain-lainnya. Gambar-gambar salib juga masih dipertahankan sesuai aslinya.

Jangan lupa mampir di toko suvenir Hagia Sophia yang terletak di lantai satu.

Hagia Sophia kemudian berubah menjadi museum setelah Kemal Atturk menguasai Turki di awal abad ke-20.

Masjid Biru

Dari Hagia Sophia, saya langsung menyebrang ke Masjid Biru. Jarak keduanya hanya dipisahkan jalan raya dan rel trem serta taman luas. Masjid ini memiliki lima menara dan lebih dari delapan kubah, baik besar maupun kecil.

Sultan Ahmet I membangun masjid ini pada 1609 sampai 1616, sebagai upaya ‘menyaingi’ megah dan mewahnya Katedral Hagia Sophia. Arsitektur dan bentuk bangunan ini merupakan perkawinan besar antara Roma dan Turki.

Masjid Biru

Nuansa Roma terlihat dalam beberapa aspek arsitek Masjid Biru. Juga nuansa kekayaan khazanah Islam, terutama dari bentuk menara dan 20 ribu keramik buatan tangan yang menghiasai masjid itu.

Warna biru menghiasai lantai pertama masjid ini, sehingga disebut juga Masjid Biru. Kubah dengan ilustrasi dan kaligrafi menjadikan ruang di dalam tampak indah dan kental khazanah peradaban Islamnya.

Tidak perlu biaya untuk masuk ke Masjid Biru. Semua turis bisa masuk ke semua ruangan di masjid ini, kecuali satu bagian di mana memang dikhususkan untuk shalat. Untuk ruang itu, hanya bagi mereka yang Muslim yang boleh masuk.

Setiap pengunjung wajib membuka alas kaki dan dibawa dengan kantong plastik yang sudah diberikan. Tidak ada tempat penitipan sepatu atau sandal di sana.

Ribuan turis dari berbagai bangsa, agama, dan budaya setiap hari masuk ke masjid ini. Sambil menikmati interior dan nilai sejarah yang tinggi masjid ini, turis juga bisa menyaksikan langsung Muslim yang shalat atau berdoa.

Anda hanya perlu menyiapkan beberapa lira (TL) untuk menyumbang di tempat yang sudah disediakan pengurus masjid. Letaknya begitu keluar dari masjid.

Di depan gerbang Masjid Biru, penjual suvenir murah siap menyambut Anda juga. Harganya tidak bisa ditawar, tetapi kalau si penjual berbaik hati, dia akan memberi hadiah atau barang gratis.

Hagia Sophia dan Masjid Biru menjadi saksi sejarah sejarah perjalanan hubungan Islam-Kristen yang berakhir damai. Ini menjadi simbol arti penting kerukunan hidup antarumat beragama.

Keduanya juga menyiratkan arti penting membina hubungan yang jauh lebih erat dan penting: hubungan ekonomi yang mensejahterakan umat manusia. Hubungan ekonomi yang menguntungkan kedua belah pihak. Hagia Sophia dan masjid Biru adalah tanda penting bahwa globalisasi telah dimulai di sini sejak jauh-jauh hari…..

7 thoughts on “Hagia Sophia & Masjid Biru: Simbol Perdamaian Global

  1. Apa yang bisa kita pelajari dari tulisan diatas, perlunya pelestarian bangunan bersejarah di bangsa ini, jangan karena sebuah perbedaan atau suatu kepentingan akhirnya bangunan-bangunan yang memiliki nilai historis dimusnahkan.

  2. You can undoubtedly see your skills within the function you write. The world hopes for a lot more passionate writers like you who aren’t afraid to say how they believe. At all times follow your heart 573560

  3. Good post. I learn something a lot more challenging on different blogs everyday. It will always be stimulating to read content material from other writers and practice a bit something from their store. I’d prefer to use some with the content material on my weblog whether you don’t mind. Natually I’ll give you a link on your internet weblog. Thanks for sharing. 112094

  4. I can’t say that I completely agree, but then once again I’ve never genuinely thought of it quite like that before. Thanks for giving me something to take into consideration when I’m supposed to have an empty mind even though trying to fall asleep tonight lol.. 932225

Leave a reply to ikaisone Cancel reply