Masjid Edinburgh: Tempat Kongkow Favorit Warga Skotlandia

Masjid Edinburgh di musim dingin

Salah satu tempat favorit para traveler dan backpacker jika jalan ke Skotlandia adalah kota Edinburgh. Ada banyak tempat asyik yang bisa kita kunjungi di kota yang setiap tahunnya didatangi 30-40 juta turis dari luar negeri itu.

Ada banyak tempat yang bisa singgahi di sini, mulai dari melihat-lihat suasana abad pertengahan di kota tua sampai fenomena modern di kota baru. Edinburgh terbagi dalam dua bagian kota: kota tua dan kota baru.

Ada Katedral St Giles yang memiliki lapangan luas dan berada di jantung kota. Ada banyak museum yang bisa kita kunjungi seperti Museum Nasional Skotland sampai museum sains dan pengetahuan.

Lebih jauh jalan ke utara dari pusat kota, kita bisa menyusuri jalan-jalan yang di kanan kiri pertokoan, kafe, hotel, dan tempat hang out sampai ke Kastil Edinburgh.

Saya termasuk menyukai kota ini dan menjadikannya sebagai salah satu kota favorit tujuan jalan ketika tinggal di Inggris pada periode 2007-2008 lalu. Dari tempat tinggal saya di Newcastle, hanya butuh 40 menit sampai ke Edinburgh dengan kereta api seharga 10 poundsterling.

Atau, bisa ditempuh dengan bis melalui jalan-jalan pedesaan nan asri dan indah selama satu jam dengan harga tiket bis bervariasi: mulai 5 poundsterling sampai 20 poundsterling.
Setiap ke Edinburgh, ada satu tempat yang selalu saya kunjungi: Masjid Central Ediburgh yang terletak di Jalan Potterrow, hanya sekitar setengah jam jalan kaki dari pusat kota.

Masjid yang terletak strategis ini sangat bermanfaat bagi kaum Muslim yang kebetulan melakukan perjalanan ke Edinburgh. Kita tidak hanya bisa menunaikan shalat di sana, tetapi juga bisa menikmati murah-meriahnya makanan yang disajikan di kantin masjid, sampai mengenal cara orang lokal Skotland yang non-Muslim bersosialisasi di masjid yang dibangun Raja fahd dari Arab itu.

Sambil melepas lelah usai keliling kota dan melihat-lihat seisi kota, kita bisa menyantap makanan di kantin yang terletak di samping masjid yang berbatasan dengan permukiman warga lokal.

Memang, makanan yang disajikan di kantin ini didominasi rasa Timur Tengah dan India: ada kari, kambing, ayam, roti, spring roll, hingga sop ala Timur Tengah dan India.

Untuk makan menu utama tergolong tidak mahal, hanya 4 poundsterling. Jika kita makan di rumah makan murah sekalipun di Edinburgh, setidaknya harus bayar 7 poundsterling. Menu McDonald lengkap sekitar 7 poundsterling (kentang, burger, dan coca cola).

Karena murah dan terbukanya kantin Masjid Edinburgh menarik minat warga lokal sekitar masjid pun datang dan makan di sini. Tidak cuma itu, mereka pun asyik ngobrol di sini sambil sekadar makan atau minum.

Tak ada hambatan bergaul antara kaum Muslim yang ada di sana dengan warga Skotlandia. Banyak persoalan yang dibicarakan, mulai dari masalah-masalah ringan hingga pembicaraan soal makanan dan minuman.

Kantin Masjid Edinburgh

Posisi masjid yang dekat dengan Universitas Edinburgh juga mendorong banyak mahasiswa datang ke kantin masjid dan kongkow di sana. ”Ini tempat ngobrol lintas-etnis, lintas budaya,” kata seorang petugas kantin berwajah Timur Tengah, yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di Edinburgh.

Kadang, di antara Muslim dan warga lokal terlibat diskusi serius tentang agama, terutama Islam. Bagi pengurus masjid, kehadiran masjid dan kantin memang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada warga Skotlandia bahwa Islam bukan agama yang keras dan ekstrim.

Satu pengurus Masjid Edinburgh (saya lupa namanya) mengatakan kepada saya, didirikannya masjid ini pada 1998 sebagai bentuk kepedulian Muslim Skotlandia atas pesan moral Islam yang damai.

”Kami ingin menyampaikan pesan-pesan Islam yang bersahabat. Kami adalah saudara mereka, dan mereka saudara kita,” kata pengurus masjid yang sudah menjadi warga Skotlandia itu.

Biaya pembangunan masjid mencapai 3,5 juta poundsterling yang 90 persennya dibiayai Raja Fahd. Putra Raja Fahd, Pangeran Abdul Aziz bin Fahd, meresmikan pemakaian masjid ini pada 1998 lalu.

Setiap tahun pada Agustus selalu diadakan Festival Islam di masjid ini. Selain itu, setiap pekan digelar diskusi keagamaan di dalam masjid.

Seorang teman kuliah di Universitas Newcastle yang juga warga Inggris dan non-Muslim selalu mengingatkan saya, jika pergi ke Edinburgh harus mampir di masjid ini. Dan kini, saya paham mengapa harus datang ke sini.

3 thoughts on “Masjid Edinburgh: Tempat Kongkow Favorit Warga Skotlandia

  1. Ini berbalik 180 derajat dari yang saya alami di Indonesia. Saya secara tak sengaja berhenti di satu desa muslim di daerah pantura jawa timur karena ingin menunaikan shalat dzuhur. Di sebuah masjid saya dan teman saya mendapatkan pandangan seperti orang asing, bukan seperti saudara muslim, hanya karena seluruh jamaah disitu pakai sarung sedangkan kami pakai celana. Padahal celana kami juga menutup aurat lho dan bukan jenis celana alay.

  2. Muslim yang bersikap terbuka memang masih belum banyak di kita….. Simbol agama jadi show of force, tapi substansi agama jauh tertinggal di belakang jubah dan simbol lainnya…….

  3. jangan berprasangka buruk dulu, anda memang tidak di kenal disitu. wajar kalau dilihatin. coba aja anda senyum dan menyapa. budaya kita kan bukan budaya cuek ala barat.

Leave a reply to ketawing Cancel reply